TRANSFORMASI DAN TANTANGAN DALAM URUSAN PUBLIK DI ERA NEW NORMAL

Munawar Noor

Sari


Abstract

 At first, many people considered it irrational when people isolated themselves at home, the government prohibited people from gathering, the streets were closed, the industry stopped operating, schools used online media, to public services that were simultaneously carried out online and in reality this condition occurred in all Country.

This condition raised questions about how long people have to live in insecurity and uncertainty. To answer this, the World Health Organization (WHO) promoted a condition was called the new normal with various protocols that need to be carried out in every activity in the community as long as the threat of a pandemic continues.

The phenomenon of the new normal (New Normal) eventually gave birth to the need for new public services. This meant that the transition period towards there was a moment to transform and reset old public services to new ones. Under these

conditions,  the  transformation  must  be  carried  out  quickly  in  order  to  solve problem based on public services.

Face-to-face services were transformed into online or online services and force service  providers  to  change  the  mindset  that  digitalization  of  services  was a solution in service acceleration and simplification.

The community has been a huge impact when they have to limit themselves from traveling / doing activities outside the house, not gathering, not going to school and not being able to work for a living as usual. Many community activities outside the home or crowding were limited by large-scale restriction policies (PSBB) including economic activities that are at risk of transmitting the corona virus.

Keywords: New Normal, Transformation, Challenge, Public Affairs

Abstak

Pada awalnya bayak orang menganggap tidak rasional ketika orang-orang mengisolasi diri di rumah, pemerintah melarang orang berkumpul, jalanan ditutup, industri berhenti beroperasi, sekolah menggunakan media daring, hingga pelayanan publik yang secara serentak dilakukan secara online dan secara realitas kondisi ini terjadi di semua Negara.

Kondisi  ini  memunculkan  pertanyaan  tentang  sampai  kapan  masyarakat  harus hidup    dalam    ketidakamanan    dan    ketidakpastian.    Untuk  menjawab    hal tersebut, World   Health   Organization (WHO)  mempromosikan   kondisi   yang dinamai  kenormalan baru (new normal) dengan berbagai protokol yang perlu dijalankan dalam setiap aktivitas di tengah masyarakat selama masih berlangsungnya ancaman pandemi.

Fenomena kenormalan baru (New Normal) pada akhirnya melahirkan kebutuhan akan pelayanan publik yang baru. Artinya, masa transisi menuju ke sana adalah momen melakukan transformasi dan me-reset pelayanan publik lama menuju yang baru.  Dalam  kondisi  seperti  ini,  transformasi  harus  dilakukan  dengan  cepat, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan menjalankan pelayanan publik berbasis masalah (problem base).

Pelayanan  tatap  muka  bertransformasi  menjadi  layanan  online atau  daring dan memaksa penyelenggara pelayanan untuk mengubah mindset bahwa digitalisasi layanan merupakan solusi dalam akselerasi dan penyederhanaan pelayanan.

Dampak begitu besar dirasakan oleh masyarakat ketika harus membatasi diri untuk tidak berpergian/beraktifitas keluar rumah, tidak berkumpul, tidak bersekolah dan tidak dapat bekerja mencari nafkah seperti biasanya. Banyak aktivitas masyarakat diluar rumah atau berkerumun dibatasi oleh kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB) termasuk kegiatan perekonomian yang beresiko menularkan virus corona.

Kata Kunci : New Normal, Tranformasi, Tantangan, Urusan Publik

 

Kata Kunci


New Normal, Tranformasi, Tantangan, Urusan Publik

Teks Lengkap:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.56444/mia.v17i2.1779

Article Metrics

Sari view : 1481 times
PDF - 0 times

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.




P-ISSN BARCODE